Islam merupakan agama yang sangat komplek. Sehingga dalam memahaminya pun dibutuhkan cara yang tepat agar dapat tercapai suatu pemahaman yang utuh tentang Islam, Sejak kedatangan Islam pada abad ke-13 M hingga saat ini fenomena pemahaman ke-Islaman umat Islam Indonesia masih ditandai oleh keadaan umat variatif, ada sejumlah orang yang pengetahuannya tentang keislaman cukup luas dan mendalam, namun tidak terkoordinasi dan tidak tersusun secara sistematik. Hal ini disebabkan karena orang tersebut ketika menerima ajaran Islam tidak sistematik dan tidak terorganisasikan secara baik. Selanjutnya kita melihat pula ada orang yang penguasaannya terhadap salah satu bidang keilmuan cukup mendalam, tetapi kurang memahami disiplin ilmu keislaman lainnya, hingga saat ini pemahaman Islam yang terjadi di masyarakat masih bercorak parsial belum utuh dan belum pula komprehensif. Dan sekalipun kita menjumpai kita menjumpai adanya pemahaman Islam yang sudah utuh dan komprehensif, Namun semuanya itu belum tersosialisasikan secara merata keseluruh masyarakat Islam.
Untuk membuat islam lebih Responsif dan Fungsional dalam memandu perjalanan umat serta menjawab berbagai masalah yang dihadapi saat ini diperlukan metode yang dapat menghasilkan pemahaman Islam yang utuh dan komprehensif. Oleh karena itu metode memiliki peranan sangat penting dalam kemajuan dan kemunduran pemahaman Islam. Demikian pentingnya metodologi ini, Mukti Ali mengatakan bahwa yang menentukan dan membawa stagnasi dan masa kebodohan atau kemajuan bukanlah karena metode penelitian dan cara melihat sesuatu. Penguasaan metode yang tepat dapat menyebabkan seseorang mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Jika kita meninjau Islam dan satu pandangan saja, maka yang akan terlihat hanya satu dimensi saja dan gejalanya yang bersegi banyak.
Untuk membuat islam lebih Responsif dan Fungsional dalam memandu perjalanan umat serta menjawab berbagai masalah yang dihadapi saat ini diperlukan metode yang dapat menghasilkan pemahaman Islam yang utuh dan komprehensif. Oleh karena itu metode memiliki peranan sangat penting dalam kemajuan dan kemunduran pemahaman Islam. Demikian pentingnya metodologi ini, Mukti Ali mengatakan bahwa yang menentukan dan membawa stagnasi dan masa kebodohan atau kemajuan bukanlah karena metode penelitian dan cara melihat sesuatu. Penguasaan metode yang tepat dapat menyebabkan seseorang mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Jika kita meninjau Islam dan satu pandangan saja, maka yang akan terlihat hanya satu dimensi saja dan gejalanya yang bersegi banyak.
A. Pengertian
Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.
Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan.
Metode adalah suatu ilmu yang memberi pengajaran tentang sistem dan langkah yang harus ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan. Metode juga dapat diartikan sebagai cabang logika yang merumuskan dan menganalisis prinsip-prinsip yang tercakup dalam menarik kesimpulan logis untuk membuat konsep.
B. Perbedaan Metode dan Metodologi
• Metode
1. Merupakan langkah – langkah praktis dan sistematis yang ada dalam ilmu – ilmu tertentu yang sudah tidak dipertanyakan lagi (aplikatif).
2. Dianggap sudah bisa mengantarkan seseorang mencapai kebenaran dalam ilmu tersebut.
3. Tidak ada perdebatan, refleksi dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan.
4. Tidak menjadi bagian dari sistematika filsafat.
• Metodologi
1. Merupakan kajian tentang cara kerja ilmu pengetahuan.
2. Terbuka luas untuk mengkaji, mendebat dan merefleksi cara kerja suatu ilmu.
3. Tidak lagi sekedar kumpulan cara yang sudah diterima tetapi berupa kajian tentang metode.
4. Metodologi juga menjadi bagian dari sistematika filsafat.3
Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.
Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan.
Metode adalah suatu ilmu yang memberi pengajaran tentang sistem dan langkah yang harus ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan. Metode juga dapat diartikan sebagai cabang logika yang merumuskan dan menganalisis prinsip-prinsip yang tercakup dalam menarik kesimpulan logis untuk membuat konsep.
B. Perbedaan Metode dan Metodologi
• Metode
1. Merupakan langkah – langkah praktis dan sistematis yang ada dalam ilmu – ilmu tertentu yang sudah tidak dipertanyakan lagi (aplikatif).
2. Dianggap sudah bisa mengantarkan seseorang mencapai kebenaran dalam ilmu tersebut.
3. Tidak ada perdebatan, refleksi dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan.
4. Tidak menjadi bagian dari sistematika filsafat.
• Metodologi
1. Merupakan kajian tentang cara kerja ilmu pengetahuan.
2. Terbuka luas untuk mengkaji, mendebat dan merefleksi cara kerja suatu ilmu.
3. Tidak lagi sekedar kumpulan cara yang sudah diterima tetapi berupa kajian tentang metode.
4. Metodologi juga menjadi bagian dari sistematika filsafat.3
C. Kegunaan Metode Pemahaman ajaran Islam
Begitu pentingnya peranan metode pemahaman ajaran Islam dalam kemajuan dan kemunduran pertumbuhan ilmu. Mukti ali mengatakan bahwa yang menentukan dan membawa stagnasi adalah metode yang digunakan. Sebagai contoh pada abad ke 14-16 M, Aritoteles lebih jenius bila Francis Bacon. Namun mengapa justru bacon menjadi orang yang kejeniusannya lebih rendah dibanding dengan Aristoteles. Ali Mukti menjawab bahwa karena orang yang yang biasa-biasa saja seperti Bacon dapat menemukan metode berpikir yang benar dan utuh.
Hal demikian tidak untuk merendahkan orang-orang jenius. Akan tetapi, kejeniusan saja tidak cukup , namun harus dilengkapi dengan ketepatan dalam memilih metode yang digunakan untuk kerjanya dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada dasarnya metode digunakan untuk mencapai tujuan dalam mencari kebenaran ilmu dan menggali kebenaran ilmu pengetahuan.
Begitu pentingnya peranan metode pemahaman ajaran Islam dalam kemajuan dan kemunduran pertumbuhan ilmu. Mukti ali mengatakan bahwa yang menentukan dan membawa stagnasi adalah metode yang digunakan. Sebagai contoh pada abad ke 14-16 M, Aritoteles lebih jenius bila Francis Bacon. Namun mengapa justru bacon menjadi orang yang kejeniusannya lebih rendah dibanding dengan Aristoteles. Ali Mukti menjawab bahwa karena orang yang yang biasa-biasa saja seperti Bacon dapat menemukan metode berpikir yang benar dan utuh.
Hal demikian tidak untuk merendahkan orang-orang jenius. Akan tetapi, kejeniusan saja tidak cukup , namun harus dilengkapi dengan ketepatan dalam memilih metode yang digunakan untuk kerjanya dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada dasarnya metode digunakan untuk mencapai tujuan dalam mencari kebenaran ilmu dan menggali kebenaran ilmu pengetahuan.
D. Metode Memahami Islam
Metode dalam memahami Islam harus dilihat dari berbagai dimensi. Dalam hubungan ini, jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandang saja, maka yang akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan. Buktinya ialah Alqur’an sendiri. Kitab ini memiliki banyak dimensi, sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah.
Metode untuk memahami Islam yang diajukan Mukti Ali adalah metode tipologi. Metode ini oleh banyak ahli sosiologi dianggap objektif berisi klasifikasi topik dan tema sesuai dengan tipenya, lalu dibandingkan dengan topic dan tema yang mempunyai tipe yang sama. Dalam hal agama Islam, juga agama-agama lain, yaitu:
1) Aspek ketuhanan
2) Aspek kenabian
3) Aspek kitab suci
4) Aspek keadaan waktu munculnya nabi, orang-orang yang di dakwahinya, dan individu-individu terpilih yang dihasilkan oleh agama itu.[6]
Selanjutnya, terdapat pula metode memahami Islam yang dikemukakan oleh Nasruddin Razzak. Ia mengajarkan metode pemahaman Islam secara menyeluruh. Cara tersebut digunakan untuk memahami Islam paling besar agar menjadi pemeluk agama yang mantap dan untuk menumbuhkan sikap saling menghormati terhadap pemeluk agam lain. Metode tersebut juga di tempuh dalam rangka menghindari kesalahfahaman yang menimbulkan sikap dan pola hidup beragama yang salah.
Untuk memahami Islam secara benar, terdapat empat cara yang tepat menurut Nasruddin Razzak, yaitu sebagai berikut:
1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alqur’an dan sunnah Rasul.
2. Islam harus dipelajari secara integral atau secara keseluruhan.
3. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar, kaum zu’ama, dan sarjana Islam.
4. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis dalam Alqur’an kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan sosologis.
Metode dalam memahami Islam harus dilihat dari berbagai dimensi. Dalam hubungan ini, jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandang saja, maka yang akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan. Buktinya ialah Alqur’an sendiri. Kitab ini memiliki banyak dimensi, sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah.
Metode untuk memahami Islam yang diajukan Mukti Ali adalah metode tipologi. Metode ini oleh banyak ahli sosiologi dianggap objektif berisi klasifikasi topik dan tema sesuai dengan tipenya, lalu dibandingkan dengan topic dan tema yang mempunyai tipe yang sama. Dalam hal agama Islam, juga agama-agama lain, yaitu:
1) Aspek ketuhanan
2) Aspek kenabian
3) Aspek kitab suci
4) Aspek keadaan waktu munculnya nabi, orang-orang yang di dakwahinya, dan individu-individu terpilih yang dihasilkan oleh agama itu.[6]
Selanjutnya, terdapat pula metode memahami Islam yang dikemukakan oleh Nasruddin Razzak. Ia mengajarkan metode pemahaman Islam secara menyeluruh. Cara tersebut digunakan untuk memahami Islam paling besar agar menjadi pemeluk agama yang mantap dan untuk menumbuhkan sikap saling menghormati terhadap pemeluk agam lain. Metode tersebut juga di tempuh dalam rangka menghindari kesalahfahaman yang menimbulkan sikap dan pola hidup beragama yang salah.
Untuk memahami Islam secara benar, terdapat empat cara yang tepat menurut Nasruddin Razzak, yaitu sebagai berikut:
1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alqur’an dan sunnah Rasul.
2. Islam harus dipelajari secara integral atau secara keseluruhan.
3. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar, kaum zu’ama, dan sarjana Islam.
4. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis dalam Alqur’an kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan sosologis.
E. Metode Studi Ilmu Keislaman
Studi islam, yaitu ajaran-ajaran yang berhubungan dengan islam. Studi islam sangat berperan dan berfungsi dalam masyarakat. Studi islam bertujuan untuk mengubah pemahaman dan penghayatan keislaman masyarakat inter dan antar agama.
Metode studi ilmu keislaman diharapkan dapat melahirkan suatu komunitas yang mampu melakukan perbaikan intern dan ekstern. Secara intern, komunitas itu diharapkan dapat mempertemukan dan mencari jalan keluar dari konflik intra agama islam. Secara ekstern, studi islam diharapkan dapat melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup toleran dalam Toleransi antar agama. Pada segi normative, studi islam bersifat memihak, romantis, apologis, dan, subjektif. Jika dilihat dari segi histori, islam tampak sebagai disiplin ilmu.
Perbedaan dalam melihat islam yang demikian itu dapat menimbulkan perbedaan dalam menjelaskan islam itu sendiri. Jika islam dilihat dari sudut normative, islam merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan yang berkaitan dengan urusan akidah dan muamalah. Sedangkan ketika dilihat dari sudut histori atau sebagaimana yang tampak dalam masyarakat, islam lebih tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (Islamic Studies).
Selanjutnya, ada pula yang disebut Sains Islam. Sains Islam mencakup berbagai pengetahuan modern seperti kedokteran, astronomi, matematika, fisika, dan sebagainya yang dibangun di atas arahan nilai-nilai Islami.
Dari ketiga kategori ilmu keislaman tersebut, maka muncullah apa yang dikenal dengan MI, MTs, MA, dan Institut Agama Islam yang di dalamnya diajarkan studi islam yang meliputi Tafsir, Hadits, Teologi, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Pendidikan Islam. Kemudian muncul pula Universitas Islam yang di dalamnya diajarkan berbagai ilmu pengetahuan modern yang bernuansa Islam (Sains Islam).
F. Metode pemahaman ajaran Islam di IndonesiaStudi islam, yaitu ajaran-ajaran yang berhubungan dengan islam. Studi islam sangat berperan dan berfungsi dalam masyarakat. Studi islam bertujuan untuk mengubah pemahaman dan penghayatan keislaman masyarakat inter dan antar agama.
Metode studi ilmu keislaman diharapkan dapat melahirkan suatu komunitas yang mampu melakukan perbaikan intern dan ekstern. Secara intern, komunitas itu diharapkan dapat mempertemukan dan mencari jalan keluar dari konflik intra agama islam. Secara ekstern, studi islam diharapkan dapat melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup toleran dalam Toleransi antar agama. Pada segi normative, studi islam bersifat memihak, romantis, apologis, dan, subjektif. Jika dilihat dari segi histori, islam tampak sebagai disiplin ilmu.
Perbedaan dalam melihat islam yang demikian itu dapat menimbulkan perbedaan dalam menjelaskan islam itu sendiri. Jika islam dilihat dari sudut normative, islam merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan yang berkaitan dengan urusan akidah dan muamalah. Sedangkan ketika dilihat dari sudut histori atau sebagaimana yang tampak dalam masyarakat, islam lebih tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (Islamic Studies).
Selanjutnya, ada pula yang disebut Sains Islam. Sains Islam mencakup berbagai pengetahuan modern seperti kedokteran, astronomi, matematika, fisika, dan sebagainya yang dibangun di atas arahan nilai-nilai Islami.
Dari ketiga kategori ilmu keislaman tersebut, maka muncullah apa yang dikenal dengan MI, MTs, MA, dan Institut Agama Islam yang di dalamnya diajarkan studi islam yang meliputi Tafsir, Hadits, Teologi, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Pendidikan Islam. Kemudian muncul pula Universitas Islam yang di dalamnya diajarkan berbagai ilmu pengetahuan modern yang bernuansa Islam (Sains Islam).
Posisi mayoritas umat Islam di Negara kesatuan Republik Indonesia, dalam hubungannya dengan persoalan toleransi antar agama, memang sangat unik. Dengan memperhatikan kondisi obyektif masyarakat Indonesia yang begitu majemuk keberagamaannya serta politik di luar negeri, studi agama di Indonesia terasa sangat urgen dan mendesak untuk dikembangkan.
Kerukunan umat beragama yang selama ini berjalan dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia memang sudah menjadi telaah, bahkan kekaguman, bagi para pengamat luar negeri. Kerukunan umat beragama di Indonesia telah berjalan wajar meskipun belum dilandasi dengan studi agama yang bersifat akademik-kritis. Di Indonesia kerukunan umat beragama tidak boleh dilepaskan dari peran pemerintah menciptakan situasi yang kondusif untuk kerukunan hidup beragama-bandingkan dengan program pemerintah. Departemen agama, untuk menggalang dan membina tiga kerukunan: “kerukunan umat beragama dengan pemerintah, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar intern umat beragam”.
Dalam keberagamaan umat islam Indonesia ajaran-ajaran sedikit banyak telah kehilangan nilai kearabannya. Dengan demikian, menjadikan wajah islam Indonesia berbedadengan wajah islam di dunia manapun. Selain karena faktor kelonggaran atau keterbukaan, beberapa faktor lain juga turut mendukung tersebarnya islam secara luas dikalangan masyarakat di Indonesia. Menurut sejarawan, Tasawuf merupakan faktor paling dominan dalam keberhasilan penyebaran islam di Indonesia.
Kerukunan umat beragama yang selama ini berjalan dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia memang sudah menjadi telaah, bahkan kekaguman, bagi para pengamat luar negeri. Kerukunan umat beragama di Indonesia telah berjalan wajar meskipun belum dilandasi dengan studi agama yang bersifat akademik-kritis. Di Indonesia kerukunan umat beragama tidak boleh dilepaskan dari peran pemerintah menciptakan situasi yang kondusif untuk kerukunan hidup beragama-bandingkan dengan program pemerintah. Departemen agama, untuk menggalang dan membina tiga kerukunan: “kerukunan umat beragama dengan pemerintah, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar intern umat beragam”.
Dalam keberagamaan umat islam Indonesia ajaran-ajaran sedikit banyak telah kehilangan nilai kearabannya. Dengan demikian, menjadikan wajah islam Indonesia berbedadengan wajah islam di dunia manapun. Selain karena faktor kelonggaran atau keterbukaan, beberapa faktor lain juga turut mendukung tersebarnya islam secara luas dikalangan masyarakat di Indonesia. Menurut sejarawan, Tasawuf merupakan faktor paling dominan dalam keberhasilan penyebaran islam di Indonesia.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
– Metode adalah suatu ilmu yang memberi penjelasan tentang sistem dan langkah yang harus ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan.
– Metodologi berarti ilmu tentang cara-cara untuk sampai pada tujuan.
Metodologi dalam hal pemahaman Islam digunakan untuk mengetahui metode-metode yang tepat agar dapat diperoleh hasil yang utuh dan objektif dalam pemahaman Islam
– Ada beberapa metode dalam memahami Islam, diantaranya yaitu metode tipologi dan metode Pemahaman Islam secara menyeluruh.
– Metodologi pendidikan Islam merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk kegiatan bimbingan dan pengajaran dalam memahami Islam
MANUSIA,AGAMA, DAN ISLAM
.Pengertian Manusia
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis,rohani dan istilah kebudayaan, atau secara campuran
.Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homosapiens (BahasaLatin untuk manusia) sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi.Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi dimana,
dalam agama, dimengerti dalam
hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup.
Menurut agama Islam itu sendiri
,manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk
ciptaan-Nyayang lain,yang dipercaya untuk menjadi khalifah dimukabumi. DalamAl-qur’an,ada
tiga kata yang digunakan untuk menunjukan kepada manusia. Kata yang digunakan
adalah basyar, insane atau nasdanbani Adam. Kata basyar diambil dari kata yang
berarti` penampakan sesuatu dengan baik dan indah’ .Dari kata basyarah yang
artinya` kulit’ .Jadi, manusia disebut dengan basyar karena kulit nyata memperjelaskan
dan berbeda dengan kulit binatang. Manusia secara bahasa disebut juga insane yang
dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata nasi yang berarti lupa dan jika
dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak . Kata insane dipakai untuk
menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jika artinya manusia
selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya.
2.Pengertian Agama
Agama menurut bahasa sansekerta, agama berarti tidak kacau (a=tidak
gama=kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat
membebaskan manusia dari kekacauan. Didunia baratter dapat suatu istilah umum
untuk pengertian agama ini, yaitu: religi, religie, religion, yang berarti
melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian ,perbuatan
ini berupa usaha atau sejenis per ibadatan yang dilakukan secara
berulang ulang.
Agama menurut Kamus Besar
Bahasa
Indonesia
adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungan nya.
Istilah lain bagi agama ini yang
berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti: hukum, perhitungan,
kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan dan pembalasan. Kesemuanya itu
memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak
dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku
tertentu, sebagai manifestasi ketaat anter sebut (Moh.Syafaat,1965).
Dan secara umum, Agama adalah suatu
system ajaran tentang Tuhan, dimana penganut-penganut nya melakukan
tindakan-tindakan ritual, moral atau social atas dasar aturan-aturan-Nya.Oleh
karena itu suatu agama mencakup aspek-aspek sebagai berikut
a. Aspek kredial, yaitu ajaran tentang
doktrin-doktrin ketuhanan yang harus diyakini.
b. Aspekritual, yaitu tentang tata cara
berhubungan dengan Tuhan, untuk minta perlindungan dan pertolongan-Nya atau untuk
menunjuk kan kesetiaan dan penghambaan
c. Aspek moral ,yaitu ajaran tentang aturan
berperilaku dan bertindak yang benar dan baik bagi individu dalam kehidupan.
d. .Aspeksosial, yaitu ajaran tentang aturan hidup
bermasyarakat.
Asal-usul terbentuk dan berkembangnya suatu agama dapat dikategorikan
kedalam tiga jenis , yaitu:
a.
Agama yang muncul dan berkembang
dari perkembangan budaya suatu masyarakat disebut dengan Agama Budaya atau Agama Bumi (dalam bahasa Arab disebut Ardli)
, seperti Hindu, Shinto, atau agama-agama primitive dan tradisional.
B. Agama yang disampaikan oleh orang-orang
yang mengaku mendapat wahyu dari Tuhan disebut agama wahyu atau agama langit(
dalam bahasa Arab langit disebut samawi) ,seperti Yahudi, Nasrani danI slam.
c. Agama yang berkembang dari
pemikiran seorang filosof besar.
Dia memiliki pemikiran-pemikiran yang mengagumkan tentang konsep-konsep
kehidupan sehingga banyak orang yang mengikuti pandangan hidup nya dan kemudian
Melembaga sehingga menjadi kepercayaan dan ideology bersama suatu
masyarakat. Agama semacam ini dinamakan sebagai agama filsafat, seperti
Konfusianisme (Konghucu), Taoisme, Zoroaster atau Budha.
3. Pengertian Islam
Islam secara etimologis (lughawy) berasal dari tiga akar kata salam yang
artinya damai atau kedamaian, salamah yang artinya keselamatan, aslama yang
artinya berserah diri atau tunduk patuh. Sementara agama Islam dapat di
definisikan sebagai suatu system ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah swt,
yang diturunkan kepada ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan Nabi
Muhammad saw. Sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi peraturan
perintah dan larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di dunia dan di
akhirat kelak.
B.
Pembahasan1.
Manusia sebagai Kebutuhan Fitri Manusia terdiri dari dimensi fisik dan non
fisik. Dimensi non fisik, yaitu jiwa (psyche), fikiran (ratio), dan rasa
(sense). Rasa yang dimaksud adalah kesadaran manusia akan kepatuhan
(senseofethic), keindahan (senseofaesthetic), dan kebertuhanan
(senseoftheistic). Rasa kebertuhanan (senseoftheistic) adalah perasaan pada
diri seseorang yang menimbulkan keyakinan akan adanya sesuatu yang maha kuasa
di luar dirinya (transcendence) yang menentukan segala nasib yang ada.
Keyakinan akan adanya Tuhan di capai oleh manusia melalui tiga pendekatan,
yaitu:
a. Material experien ceofhumanity. Membuktikan adanya Tuhan melalui kajian
terhadap fenomena alam semesta.
b. Inner experien ceofhumanity. Membuktikan adanya Tuhan melalui kesadaran
bathiniyyah dirinya.
c. Spiritual experien ceofhumanity. Membuktikan Tuhan di dasarkan pada
wahyu yang di turunkan oleh Tuhan melalui Rasul-Nya. 2. Sebab-sebab manusia
perlu memeluk agama Manusia perlu memelukan agama sebab di samping manusia
memiliki berbagai kesempurnaan, manusia juga memiliki kekurangan. Hal ini
antara lain di gunakan oleh kata Al-Nafs menurut Quraish Shihab. Bahwa dalam
pandangan Al-Qur’an Nafs di ciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang
berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan
karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al-Qur’an dianjurkan untuk di
beri perhatian lebih besar. Sebagai mana firman Allah swt. Yang berbunyi: ﻓﺠﻮﺮﻫﺎﻮﺗﻗﻭﻫﺎﻓﺎﻟﻬﻣﻬﺎﻮﻣﺎﺴﻭﻫﺎﻮﻧﻓﺲArtinya: “Demina serta
demi penyempurna ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan
ketaqwaan”. (QS.Al-Syams:78) Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan
agama adalah karena manusia dalam kehidupanya senantiasa menghadapi berbagai
tantangan, baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam. Tantangan
dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Sedangkan yang datang
dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang di lakukan manusia yang
secara sengaja berupa ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela
mengeluar kabiaya, tenaga dan fikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai
bentuk kebudayaan yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari
Tuhan. Allah berfirman dalam Al-Qr’ an SuratAl-Anfal: 36 Yang artinya: “sesungguh
ya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi
(orang) dari jalan Allah”. (QS.Al-Anfal:36) Orang-orang kafir itu sengaja
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar orang-orang
mengikuti keinginannya. Barbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obat terlarang
dan lain sebaginya di buat dengan sengaja. Untuk itu, upaya membatasi dan
membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama
Godaan dan tantangan hidup demikian itu, saat ini meningkat, sehingga
uapaya mengagamakan masyarakat menjadi penting
3. Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah kemanusian Islam adalah
suatu system ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah SWT, di turunkan kepada
ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan Nabi Muhammad saw. Sebagai agama
yang datang dari Tuhan yang menciptakan manusia sudah tentua jaran Islam akan
selaras dengan fitrah kejadian manusia. Fitrah dalam arti pembawaan asal
manusia secara umum sejak kelahiran (bahkan sejak awal penciptaan) dengan
segala karakteristiknya yang masih bersifat potensial atau masih berupa
kekuatan tersembunyi yang masih perlu di kembangkan dan di arahkan oleh ikhtiar
manusia baik fitrah yang berkaitan dengan dimensifisik atau non fisik, yaitu
akal, nafsu, perasaan dan kesadaran (qalb) dan ruh. Kenyataan bahwa manusia
memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertamakali ditegaskan dalam ajaran
Islam. Yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia sebelumnya. Manusia
belum mengenal kenyataaan ini. Baru masa ini, muncul beberapa orang yang
menyerukan dan mempopulerkannya dalam keagamaan yang ada dalam diri manusia
inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia memeluk agama. Sebagai mana
firman Allah yang berbunyi:
ﻓﺄﻗﻢﻭﺠﻬﻚﻠﻠﺪﻳﻦﺣﻧﻳﺎﻓﻄﺭﺓﺍﻟﻟﻪﺍﻟﺗﻰﻓﻄﺮﺍﻟﻧﺎﺲﻋﻠﻳﻬﺎ
Artinya: “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah
atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dngan fitrah itu”.
(QS.Ar-Rum:30). Adanya potensi fitrah agama yang terdapat pada manusia tersebut
dapat pula di analisis melalui istilah Ihsan yang di gunakan Al-Qur’ an untuk
menunjukan manusia. Mengacu kepada informasi yang di berikan Al-Qur’an, Musa
Asy’ ari sampai pada suatu kesimpulan, bahwa manusia Ihsan adalah manusia yang
menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya. Melalui
uraian tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam diri manusia sudah
terdapat potensi untuk beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan,
pengarahan, dan seterusnya dengan mengenal agama kepadanya. Dengan arahan
ajaran Islam, fitrah kemanusia anakan membawa manusia ke arah kebaikan dan ke
selamatan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
4. Islam Sebagai Agama yang Lurus Islam merupakan agama yang lurus karena
islam sebagai hidayah (petunjuk) dalam kehidupan umat manusia sebagai mana
firman Allah dalam surat Al-Baqarah : 38) “Nanti akan Aku berikan kepadamu
petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku
tersebut, niscaya mereka tidak akan di timpa rasa khawatir dan takut (dalam
kehidupan) dan tidak akan bersedih hati ”. (Q.SAl-Baqarah:38)
A. Hidayah Allah untuk manusia Hidayah secara istilah Islam berarti
‘Petunjuk yang di berikan oleh Allah pada makhluk hidup agar mereka sanggup
menghadapi tantangan kehidupan dan menemukan solusi (pemecahan)‘ bagi persoalan
hidup yang di hadapinya’. Oleh karena itu hidayah merupakan alat bantu yang di
berikan oleh Allah kepada makhluk hidup untuk mempermudah menjalani kehidupannya
Ada 4 tingkat hidayah yang di berikan oleh Allah swt. Kepada manusia,
yaitu:
1) Hidayah ghariziyah (bersifat instinktif), yaitu petunjuk untuk kehidupan
yang di berikan oleh Allah swt. Bersamaan dengan kelahiran berupa kemampuan
untuk menghadapi kehidupan, sehingga sanggup untuk bertahapan hidup (fungsi
survival).
2) Hidayah hissiyyah (bersifat indrawi), yaitu petunjuk berupa kemampuan
indera dalam menangkap citra lingkungan hidup, sehingga ia dapat menentukan
lingkungan mana yang sesuai dengannya sehingga menemukan kenyamanan dalam
menjalani kehidupan secara fisikal (fungsi adaptif).
3) Hidayah aqliyyah (bersifat intelektual)
yaitu petunjuk yang di berikan oleh
Allah swt. Berupa kemampuan berfikir dan menalar, yaitu mengolah segala
informasi yang di tangkap melalui indera. Dengan kemampuan ini manusia memiliki
kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat memanipulasi dan mereka
yang salingkungan untuk menciptakan
kemudahan, kesejahteraan dan kenyamanan hidupnya (fungsi developmental atau
pengembangan hidup).
4) Hidayah diniyyah (berupa ajaran agama)
yaitu petunjuk yang di berikan Allah
swt. Kepada manusia berupa ajaran-ajaran praktis untuk di terapkan dalam meniti
kehidupan secara individual dan menata kehidupan secara komunal, bersama-sama
orang lain, sehingga manusia mendapatkan kebahagiaan dan kenikmatan hakiki dan
ketenangan batin dalam menjalani kehidupannNYA.
Hidayah ketiga dan ke empat ini hanya di berikan kepada umat manusia dengan
kedua jenis hidayah inilah manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Dengan
hidayah aqliyyah (kemampuan intelektual), manusia menjadi berbeda secara
signifikan bila di bandingkan dengan binatang (demikian juga dengan jin dan
malaikat). Dan dengan hidayah diniyyah (petunjuk agama), manusia dapat
meningkatkan spirituallitasnya dan mencapai ketingkat yang lebih tinggi dari
malaikat sekali pun
b.
ISLAM, Satu-satunya hidayah diniyyah
Untuk membimbing manusia dalam meniti dan menata kehidupan, Allah
menurunkan agamanya sebagai pedoman yang harus dijadikan referensi dalam
menetapkan setiap keputusan, dengan jaminan ia akan terbebas dari segala
kebingungan dan kesesatan. Firman Allah yang terjemahannya: “Nanti akan Aku
berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Barang siapa yang
mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan di timpa rasa
khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati”.(Q.SAl-Baqarah:38).
Dan Allah swt. Menegaskan bahwa satu-satunya hidayah yang benar yang Iaridhoi
itu adalah agama islam.“Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah ISLAM”.“ Pada
hari ini Aku lengkapkan bagimu agama mu dan Aku sempurnakann hikmat-Ku
kepadamu. Dan Aku ridhoi Islam sebagai agamamu.
c.
Agama islam, dapat berperan dan berfungsi bagi manusia yang dapat
dikembangkan oleh setiap individu, sebagai berikut:
1. Pemberi makna bagi perbuatan manusia.
2. Alat control bagi perasaan dan emosi.
3. Pengendali bagi hawa nafsu yang terus berkembang.
4. Pemberi reinfor cement (dorongan
penguat) terhadap kecenderungan berbuat baik pada manusia.
5.Penyeimbang bagi kondisi psikis yang berkembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar